Haluannews Ekonomi – Ketua Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun, melontarkan kritik pedas terhadap sejumlah lembaga pemeringkat global yang dinilai telah menurunkan peringkat saham dan utang Indonesia secara tidak berdasar. Menurut Misbakhun, penurunan rating tersebut, yang terjadi pada awal tahun ini, hanya memanfaatkan sentimen negatif dan mengaitkan stabilitas fiskal dengan pasar saham secara prematur, khususnya terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Related Post
Misbakhun menyoroti kinerja fundamental perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tetap solid. Ia mencontohkan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang mencetak laba terbaik sepanjang masa, namun harga sahamnya justru anjlok akibat penurunan rating tersebut. Fenomena serupa juga dialami bank-bank BUMN lainnya.

Sebagai catatan, awal tahun ini, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks MSCI dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW), mengatakan langkah tersebut didorong melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan tekanan pada profitabilitas perusahaan di sektor siklikal. Tidak lama kemudian, Goldman Sachs juga menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight, serta menurunkan rekomendasi surat utang BUMN tenor 10-20 tahun menjadi netral. Goldman beralasan, kekhawatiran investor asing muncul setelah pengumuman inisiatif pemangkasan dan realokasi anggaran, pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), dan program 3 juta rumah oleh pemerintah, yang dianggap berpotensi meningkatkan defisit anggaran.
"Transmisi fiskal dikaitkan dengan IHSG hingga menjadi underweight, ini perlu kita pertanyakan," tegas Misbakhun dalam acara Haluannews Investment Forum 2025 di Jakarta, Jumat (16/5/2025).
Misbakhun menekankan bahwa perubahan rating saham berdampak pada sentimen terhadap rating utang pemerintah. Padahal, menurutnya, pemerintah Indonesia selalu konsisten dalam membayar utang, bahkan di tengah krisis. "Indonesia, sesulit apapun kondisinya, bahkan saat 1998, tidak pernah sekalipun menunda pembayaran utang," tegasnya. Ia menyimpulkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap terjaga, dibuktikan dengan kemampuan membayar utang yang tak pernah bermasalah.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar