Haluannews Ekonomi – Berkshire Hathaway, perusahaan investasi raksasa milik Warren Buffett, telah lama menjadi primadona di kalangan investor. Rekam jejaknya yang gemilang selama beberapa dekade, dengan kinerja investasi yang melampaui pasar, dan reputasi manajemen yang solid dan disiplin, menjadi daya tarik utama. Sejak Buffett mengambil alih pada 1965, Berkshire telah menjelma dari produsen tekstil yang merugi menjadi konglomerat senilai US$ 1,2 triliun, berkat strategi mengakuisisi "bisnis luar biasa dengan harga wajar" dan prospek jangka panjang yang kuat. Portofolio Berkshire kini mencakup beragam perusahaan di berbagai sektor, mulai dari kereta api dan asuransi hingga es krim dan baterai.

Related Post
Kinerja saham Berkshire Hathaway di bawah kepemimpinan Buffett sungguh mengagumkan. Hingga tahun 2025, menurut laporan tahunan perusahaan, tercatat kenaikan fantastis sebesar 5.502.284%! Bandingkan dengan S&P 500 yang hanya mencapai sekitar 39.054%. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa keunggulan Berkshire Hathaway atas S&P 500 lebih signifikan dalam 20 tahun terakhir. Laporan keuangan kuartal pertama tahun ini menunjukkan laba operasi sebesar US$ 9,64 miliar, turun 14% year-on-year, disebabkan penurunan laba di sektor penjaminan asuransi. Berkshire menawarkan dua kelas saham: Kelas A (lebih mahal dan memiliki hak suara lebih besar) dan Kelas B (lebih terjangkau dan populer di kalangan investor individu). Laba per saham Kelas B mencapai US$ 4,47, sedikit di bawah estimasi konsensus.

Lalu, bagaimana keuntungan investasi di Berkshire Hathaway? Mari kita hitung potensi keuntungan dari investasi US$ 1.000 (sekitar Rp 16,5 juta dengan kurs Rp 16.520/US$) pada saham Kelas B, berdasarkan harga penutupan 8 Mei:
- Investasi 1 tahun lalu: Kenaikan 26,3%, total menjadi US$ 1.263 (Rp 20,8 juta).
- Investasi 10 tahun lalu: Kenaikan 246,1%, total menjadi US$ 3.461 (Rp 57,1 juta).
- Investasi 20 tahun lalu: Kenaikan 817,8%, total menjadi US$ 9.178 (Rp 151,6 juta).
Meskipun Berkshire Hathaway secara konsisten mengungguli pasar, para ahli keuangan tetap menyarankan diversifikasi investasi dan menghindari konsentrasi dana pada satu saham saja. Dana indeks yang lebih beragam umumnya menawarkan keuntungan yang lebih stabil dan biaya yang lebih rendah dibandingkan memilih saham individual.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar