Haluannews Ekonomi – Kebijakan baru pemerintah terkait devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) membuka peluang cuan bagi para eksportir. Bank Indonesia (BI) kini memperluas instrumen penempatan DHE, tak hanya deposito valas, tapi juga Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Langkah ini diyakini mampu mendongkrak pendapatan eksportir.
Related Post
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menjelaskan bahwa SVBI dan SUVBI, yang berbentuk sertifikat dan diperdagangkan di pasar keuangan, menawarkan potensi keuntungan lebih besar dibandingkan deposito valas. "Kalau deposito valas hanya dapat bunga, SVBI punya mekanisme pasar sehingga bisa dapat capital gain," ujar Destry dalam keterangannya di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Dengan adanya tambahan instrumen ini, eksportir memiliki lebih banyak pilihan untuk diversifikasi investasi DHE mereka. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025 yang mewajibkan penempatan 100% DHE SDA dalam sistem keuangan domestik selama 12 bulan. Kebijakan ini merevisi PP 36/2023 yang sebelumnya hanya mewajibkan penempatan 30% selama 3 bulan.
Presiden Prabowo Subianto, saat meresmikan kebijakan ini pada Senin (17/2) di Istana Kepresidenan, Jakarta, memperkirakan tambahan devisa hasil ekspor mencapai Rp 80 miliar di tahun 2025, dan bisa lebih dari US$ 100 miliar jika dihitung selama 12 bulan penuh. PP 8/2025 berlaku efektif 1 Maret 2025, dan sektor minyak dan gas bumi tetap mengacu pada PP 36/2023. Pemerintah juga memberikan kelonggaran bagi eksportir untuk menggunakan sebagian DHE yang ditempatkan untuk keperluan operasional usaha.
Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong peningkatan devisa negara dan memberikan insentif bagi para eksportir untuk berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional. Dengan adanya pilihan instrumen investasi yang lebih beragam, eksportir dapat mengoptimalkan pengelolaan DHE mereka dan meraih keuntungan yang lebih maksimal.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar