Haluannews Ekonomi – PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), emiten sawit raksasa, menorehkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp1,15 triliun pada akhir 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan tipis 8,68% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,05 triliun. Kendati demikian, capaian ini tetap menarik perhatian di tengah tantangan industri sawit global.

Related Post
Pendapatan AALI juga mengalami pertumbuhan 5,16% menjadi Rp21,81 triliun, naik dari Rp20,7 triliun di tahun 2023. Pendapatan utama bersumber dari minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya yang mencapai Rp20,18 triliun. Namun, peningkatan pendapatan ini sedikit tertekan oleh beban pokok pendapatan yang juga meningkat menjadi Rp18,47 triliun dari Rp17,97 triliun di tahun sebelumnya.

Meskipun laba naik, aset AALI justru mengalami sedikit penurunan menjadi Rp28,79 triliun dari Rp28,85 triliun di akhir 2023. Struktur permodalan perusahaan menunjukkan liabilitas sebesar Rp5,59 triliun dan ekuitas Rp23,2 triliun.
Penurunan harga CPO global sepanjang 2024 akibat melemahnya permintaan dari China dan India, serta dampak cuaca buruk akibat La Nina yang mengganggu produksi, menjadi tantangan utama yang dihadapi AALI. Hal ini diperkuat oleh data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) yang menunjukkan penurunan produksi dan ekspor CPO nasional sepanjang tahun 2024. Ekspor ke beberapa negara utama seperti China, India, Bangladesh, dan Malaysia bahkan mengalami penurunan signifikan.
Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, mengungkapkan bahwa program peremajaan sawit rakyat yang berjalan lambat turut berkontribusi pada penurunan produksi. Ia juga menyoroti harga CPO yang kurang kompetitif dibandingkan minyak nabati lain.
Pertumbuhan laba AALI yang relatif kecil di tengah tantangan industri ini menjadi sorotan tersendiri. Strategi perusahaan dalam menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif patut dikaji lebih lanjut.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar