Haluannews Ekonomi – Pertumbuhan kredit nasional kembali mencatatkan kinerja impresif! Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan lonjakan kredit hingga 10,3% secara tahunan (yoy) di Februari 2025, mencapai angka fantastis Rp 7.825 triliun. Kinerja positif ini didorong oleh beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan pelaku pasar.

Related Post
Berdasarkan data yang dirilis Haluannews.id, kredit investasi menjadi bintang utama dengan pertumbuhan 14,62% yoy. Kredit modal kerja dan kredit konsumsi juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, masing-masing naik 7,66% yoy dan 10,31% yoy. Hal ini menunjukkan optimisme pelaku usaha dan daya beli masyarakat yang masih terjaga.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan peran penting Bank BUMN dalam pencapaian ini. "Ditinjau dari kepemilikan, bank BUMN menjadi pendorong utama, naik 10,93% yoy," ujar Dian dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Maret 2025.
Lebih lanjut, Dian menjelaskan bahwa ruang pertumbuhan kredit masih terbuka lebar. Likuiditas perbankan masih sangat memadai, ditunjukkan oleh rasio alat liquid terhadap noncore deposit (AL/NCD) sebesar 116,76% dan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 26,35% di Februari 2025. "Masih di atas threshold 50% [AL/NCD] dan 10% [AL/DPK]," tegas Dian.
Meskipun rasio kredit bermasalah (NPL) gross naik tipis dari 2,18% menjadi 2,22% dibandingkan bulan sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angka tersebut justru membaik 13 basis poin (bps). Hal ini menunjukkan kualitas aset perbankan yang tetap terjaga.
Ketahanan sektor perbankan juga tetap solid, tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) yang berada di level tinggi, yakni 26,98%. Angka ini menunjukkan bantalan yang kuat bagi sektor perbankan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Kesimpulannya, pertumbuhan kredit double digit yang ditopang oleh kinerja Bank BUMN dan likuiditas yang memadai menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia. Namun, tetap perlu diwaspadai potensi peningkatan NPL ke depannya.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar