Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berjaya, Kamis (15/5/2025), dengan lonjakan impresif 0,86% atau 60,28 poin, hingga menutup perdagangan di level 7.040,16. Aktivitas perdagangan terbilang ramai, ditandai dengan nilai transaksi mencapai Rp 16,94 triliun yang melibatkan 36,59 miliar saham dalam 1,51 juta kali transaksi. Kenaikan ini didorong oleh kinerja positif hampir seluruh sektor, kecuali sektor bahan baku yang mengalami koreksi tipis.

Related Post
Sektor properti, keuangan, dan kesehatan menjadi bintang utama, dengan saham-saham perbankan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memimpin pergerakan. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) kembali menjadi lokomotif, melesat 4,4% dan menyumbang 27,52 poin indeks. Bank Mandiri (BMRI) juga tak mau kalah, naik 5,45% dan berkontribusi 25,41 poin. Telkom Indonesia (TLKM) dan Bank Negara Indonesia (BBNI) turut andil dengan kenaikan masing-masing 2,70% (7,98 poin indeks) dan 2,97% (4,68 poin indeks).

Penguatan IHSG ini sejalan dengan sentimen positif pasar keuangan domestik. Pertumbuhan penjualan ritel yang membaik dan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih optimis turut memberikan suntikan semangat, mengingat AS merupakan mitra dagang penting Indonesia. Investor juga menantikan data neraca perdagangan April 2025 dan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell.
Menurut Hosianna Situmorang, Ekonom Bank Danamon, meredanya ketegangan antara AS dan China, serta masuknya dana asing dalam jumlah besar, turut menenangkan pelaku pasar. "Masih sentimen Trump jadi kekhawatiran kinerja emiten mereda plus asing sudah masuk besar kemarin tercatat net buy di IDR 2,8 triliun," jelasnya.
Hal senada disampaikan Ahmad Mikail, Ekonom Sucor Sekuritas. Ia melihat adanya perpindahan dana asing dari AS ke negara-negara lain, termasuk aset keuangan Eropa dan Jepang. "Perpindahan uang ini juga tercermin dari naiknya Yield UST 10 tahun ke 4,5% dari rata-rata 4,0% di kuartal tiga tahun lalu," tambah Mikail. Kondisi ini, menurutnya, menguntungkan pasar saham Indonesia, yang dinilai masih kuat dengan laba emiten besar yang masih tumbuh positif. Ditambah lagi, valuasi saham sudah murah setelah koreksi pada Februari-Maret, dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) juga turun drastis. Yield SBRI misalnya, turun dari 7,4% ke 6,4% tahun ini, mendorong arus keluar dari pasar surat uang ke saham.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar