Haluannews Ekonomi – Pekan ini, pasar minyak dunia menyaksikan koreksi harga yang cukup signifikan. Harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kompak melemah lebih dari US$2 per barel pada perdagangan Jumat (21/2/2025). Anjloknya harga ini didorong oleh beberapa faktor kunci yang saling berkaitan, menciptakan dinamika pasar yang menarik untuk diulas.

Related Post
Meredanya tensi geopolitik di Timur Tengah, khususnya gencatan senjata di Gaza, menjadi salah satu faktor utama penurunan harga. Laporan munculnya varian baru virus corona di China juga turut menekan sentimen pasar. Investor tampak lebih berhati-hati, bahkan cenderung antisipatif terhadap potensi perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang berpotensi mengubah peta pasokan minyak global secara drastis.

Laporan Energy Information Administration (EIA) pada Kamis (20/2/2025) menunjukkan peningkatan stok minyak mentah AS sebesar 3,3 juta barel dalam sepekan terakhir. Ini merupakan kenaikan keempat kalinya secara berturut-turut, mengindikasikan melemahnya permintaan akibat kegiatan pemeliharaan kilang. Meskipun stok bensin dan distilat justru menurun—sebuah sinyal positif untuk jangka menengah—peningkatan stok minyak mentah tetap menjadi beban bagi harga.
Serangan drone Ukraina terhadap infrastruktur minyak Rusia di awal pekan sempat memberikan sedikit dukungan terhadap harga. Pasokan minyak Kazakhstan melalui Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) dilaporkan turun 30-40% akibat serangan tersebut. Namun, ekspor dari ladang Tengiz Kazakhstan tetap berjalan normal, membatasi dampak negatifnya.
Dinamika politik global, khususnya hubungan AS-Rusia-Ukraina, juga turut menjadi sorotan. Pernyataan Donald Trump yang menyalahkan Ukraina atas konflik yang telah berlangsung tiga tahun terakhir memicu spekulasi kemungkinan pelonggaran sanksi AS terhadap minyak Rusia jika kesepakatan damai tercapai. Hal ini berpotensi meningkatkan pasokan minyak Rusia ke pasar global. Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengindikasikan kesiapan untuk mempercepat pembicaraan dengan Washington terkait investasi dan keamanan.
Meskipun harga minyak melemah pekan ini, ketidakpastian masih membayangi pasar. Gangguan pasokan akibat ketegangan geopolitik dan kebijakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) berpotensi menahan penurunan harga lebih lanjut. Para investor akan terus memantau data ekonomi global dan kebijakan energi negara-negara produsen utama untuk memprediksi arah harga minyak selanjutnya. Pergerakan harga minyak ke depan akan sangat bergantung pada bagaimana berbagai faktor ini berinteraksi.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar