Haluannews Ekonomi – Bursa Asia-Pasifik mengawali perdagangan Selasa (25/2/2025) dengan kinerja lesu, mengikuti tren negatif Wall Street. Hal ini dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump yang membatasi investasi China dan mempertahankan tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko. Sentimen negatif ini menyebar luas dan menekan pasar saham regional.

Related Post
Indeks S&P/ASX 200 Australia anjlok 0,87%, sementara indeks Nikkei 225 Jepang merosot lebih dalam, mencapai 1,34%. Di Korea Selatan, indeks Kospi melemah 0,5%, dan Kosdaq, yang berfokus pada perusahaan berkapitalisasi kecil, turun 0,44%. Indeks berjangka Hang Seng Hong Kong juga menunjukkan penurunan signifikan, mencapai level 22.827 atau turun 2,2%.

Di Amerika Serikat, Wall Street ditutup mayoritas di zona merah. Indeks S&P 500 turun 0,5% ke level 5.983,25, dan Nasdaq Composite ambruk 1,21% ke 19.286,92. Hanya Dow Jones Industrial Average yang mencatatkan sedikit kenaikan, 0,08% atau 33,19 poin, ke 43.461,21. Penurunan tajam Nasdaq didorong oleh anjloknya saham-saham perusahaan teknologi besar. Saham Palantir misalnya, jatuh 10,5%, menyeret indeks teknologi. Microsoft turun sekitar 1% setelah laporan analis TD Cowen mengindikasikan pengurangan pengeluaran perusahaan untuk pusat data, memicu kekhawatiran pelemahan sektor kecerdasan buatan. Nvidia, raksasa pembuat chip, juga mengalami penurunan 3%.
Tren negatif ini berlanjut dari pekan lalu, di mana Dow dan Nasdaq ditutup turun lebih dari 2%, sementara S&P 500 melemah lebih dari 1%. Pada Jumat pekan lalu saja, Dow kehilangan lebih dari 700 poin, sedangkan S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 1,7% dan 2,2%.
Para investor kini menantikan rilis laporan pendapatan perusahaan dan data ekonomi AS. Laporan pendapatan Home Depot dan Lowe’s pada Selasa dan Rabu akan memberikan gambaran kondisi konsumen AS. Namun, laporan pendapatan Nvidia pada Rabu pekan ini diprediksi akan lebih berpengaruh, mengingat kapitalisasi pasarnya yang besar dan keterkaitannya dengan sektor kecerdasan buatan yang sedang naik daun. Pergerakan pasar ke depan akan sangat bergantung pada kinerja emiten dan sentimen global.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar