Haluannews Ekonomi – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan tren pelemahan yang signifikan. Penutupan perdagangan 2 Januari 2025 mencatat rupiah melemah 0,62% ke posisi Rp 16.190/US$, berbanding terbalik dengan penguatan 0,25% pada perdagangan terakhir 2024. Haluannews.id mencatat, pergerakan volatil ini didorong oleh inflasi rendah yang mengindikasikan lesunya perekonomian, ditambah tekanan kuat dari dolar AS.

Related Post
Kekhawatiran semakin meningkat seiring indeks dolar AS (DXY) yang melesat di atas level 109. Situasi ini diperparah oleh nilai tukar rupiah di pasar NDF yang berada di atas Rp 16.200/US$. Kabar buruk lainnya datang dari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mencatat inflasi tahunan (yoy) hanya 1,57% di tahun 2024, menjadi angka terendah sepanjang sejarah.

Namun, ada secercah harapan dari sektor manufaktur. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) dari S&P Global menunjukkan angka 51,2 pada Desember 2024, menandakan kembali ekspansifnya sektor ini setelah lima bulan terkontraksi. Angka ini juga merupakan yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Secara teknikal, pergerakan rupiah dalam basis waktu per jam masih menunjukkan tren pelemahan. Resistance terdekat diperkirakan berada di Rp 16.250/US$, sementara support atau potensi penguatan berada di Rp 16.110/US$ (garis rata-rata 200 jam atau MA200). Pergerakan ini perlu diwaspadai oleh pelaku pasar.










Tinggalkan komentar