Haluannews Ekonomi – Rupiah mengawali perdagangan Jumat (27/12/2024) dengan pergerakan yang cukup mengejutkan. Setelah dibuka stagnan di level Rp 16.185/US$, rupiah langsung melemah beberapa menit kemudian. Hal ini terpantau dari data Refinitiv yang menunjukkan depresiasi rupiah ke angka Rp 16.210/US$. Kondisi ini terjadi meskipun penutupan perdagangan sebelumnya, Selasa (24/12/2024), menunjukkan angka yang sama, yaitu Rp 16.185/US$.

Related Post
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08:58 WIB tercatat naik tipis 0,01% ke angka 108,14, sedikit lebih tinggi dari posisi kemarin di angka 108,13. Fluktuasi rupiah hari ini diperkirakan dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari perkembangan ekonomi Amerika Serikat, kebijakan Presiden Terpilih Donald Trump, hingga situasi geopolitik global.

Meskipun rupiah cenderung tertekan, Bank Indonesia (BI) memastikan telah melakukan berbagai langkah untuk menjaga stabilitas, termasuk melalui kebijakan suku bunga acuan (BI rate), intervensi pasar, dan pengelolaan penarikan modal asing. "Kami berada di pasar untuk menjaga kepercayaan. Kami menjaga daya tarik. Itu bagian yang kami lakukan," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Edi Susianto, dalam wawancara sebelumnya dengan Haluannews.id. BI juga berkoordinasi intensif dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pelaku industri untuk memastikan keselarasan kebijakan dan komunikasi yang efektif dengan pelaku pasar, termasuk eksportir, importir, dan perbankan, guna mencegah kepanikan.
Sebagai catatan, tensi geopolitik turut mewarnai situasi ini. Serangan udara militer Pakistan ke Afghanistan telah menimbulkan ketegangan, meskipun belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang Pakistan. Serangan tersebut diduga menargetkan kelompok bersenjata Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) di distrik Barmal, Afghanistan.










Tinggalkan komentar