Haluannews Ekonomi – Nilai tukar rupiah menunjukkan taringnya di awal perdagangan pekan ini, berbalik menguat terhadap mata uang Paman Sam. Pada pembukaan pasar hari Senin (3/11/2025), rupiah berhasil mencatatkan apresiasi tipis sebesar 0,03%, bertengger di level Rp16.620 per dolar AS, berdasarkan data Refinitiv. Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Jumat (31/10/2025), rupiah juga sempat menguat tipis 0,06% ke level Rp16.625/US$.

Related Post
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) terpantau mengalami pelemahan tipis 0,01% ke level 99,802 pada pukul 09.00 WIB. Meskipun demikian, secara umum dolar AS masih menunjukkan kekuatannya di pasar global, dengan DXY yang telah menguat selama tiga hari berturut-turut sejak 29 Oktober lalu.

Pergerakan rupiah hari ini akan sangat dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Dari dalam negeri, perhatian pelaku pasar tertuju pada rilis data inflasi Oktober 2025 yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini.
Konsensus pasar yang dihimpun Haluannews.id dari sembilan institusi memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mengalami inflasi sebesar 0,02% (mtm), sementara secara tahunan (yoy) inflasi diperkirakan mencapai 2,6%. Inflasi inti diproyeksikan akan tetap stabil di angka 2,2%.
Dari sisi eksternal, pergerakan rupiah masih dibayangi oleh dominasi dolar AS. Sentimen pasar global cenderung berhati-hati menyusul penutupan pemerintahan (government shutdown) di Amerika Serikat yang masih berlanjut, serta sinyal hawkish dari The Federal Reserve (The Fed) pasca pemangkasan suku bunga Oktober lalu.
Ketua The Fed Jerome Powell telah menegaskan bahwa peluang pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember mendatang semakin kecil, yang mendorong investor untuk kembali memburu dolar AS. Kondisi ini berpotensi menjadi penghalang bagi penguatan rupiah dalam jangka pendek.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar