Haluannews Ekonomi – Nama Liem Sioe Liong atau Sudono Salim begitu lekat dengan era Orde Baru. Pengusaha yang memulai bisnisnya sebagai importir cengkeh dan penyedia logistik militer pasca kemerdekaan ini, menikmati puncak kejayaannya berkat kedekatannya dengan Presiden Soeharto. Hubungan Salim dan Soeharto, yang diperantarai Sulardi, terjalin sejak masa Soeharto masih menjabat sebagai Kolonel. Salim menjadi pemasok logistik bagi pasukan Soeharto selama Perang Kemerdekaan (1945-1949). Seperti yang ditulis Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam buku Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016), "Setelah Soeharto berkuasa di Indonesia pada pertengahan 1960-an, dia didukung oleh kelompok kroni pengusaha, dan yang terbesar serta terkuat adalah Liem Sioe Liong."

Related Post
Simbiosis mutualisme tercipta antara Salim dan Soeharto selama tiga dekade. Soeharto melindungi bisnis Salim, sementara Salim mengalirkan dana kepada Soeharto, keluarganya, dan kroninya melalui Salim Group. Salim menjadi orang terkaya di Indonesia, sementara Soeharto berkuasa di Tanah Air. Namun, kejayaan itu runtuh seketika pada Mei 1998.

Kerajaan bisnis Salim yang meliputi perbankan (BCA), semen (Indocement), dan makanan (Bogasari dan Indofood) hancur lebur dalam krisis 1998. BCA menjadi yang paling terpukul. M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2009) mencatat penarikan dana massal oleh nasabah yang membuat BCA terancam bangkrut. Kedekatan Salim dengan Soeharto justru menjadi bumerang. Kerusuhan Mei 1998 yang dipicu sentimen anti-Tionghoa, menjadikan Salim dan bisnisnya sasaran empuk. Jemma Purdey dalam Kekerasan Anti-Tionghoa di Indonesia 1996-1999 (2013) menjelaskan stereotip negatif terhadap etnis Tionghoa yang kaya dan dekat dengan penguasa menjadi pemicu.
Saat kerusuhan melanda, Salim dan keluarganya berada di Amerika Serikat. Namun, kediaman Salim di Jakarta menjadi sasaran amuk massa. Anthony Salim, yang berada di Wisma Indocement, menyaksikan rumahnya dibakar. Setelah kerusuhan mereda dan Soeharto lengser, BCA diambil alih pemerintah melalui BPPN. Salim hanya menyisakan Indofood untuk membangun kembali kerajaan bisnisnya.
Kini, 25 tahun berlalu, Salim Group kembali bangkit, merambah sektor migas, konstruksi, dan perbankan. Kisah Salim menjadi pelajaran berharga tentang naik-turunnya kekuasaan dan bisnis di tengah gejolak politik dan sosial.










Tinggalkan komentar