Haluannews Ekonomi – Warren Buffett, sang Oracle of Omaha, kembali membuat heboh dunia investasi. Berkshire Hathaway, perusahaan konglomerat miliknya, mengakhiri tahun 2024 dengan kas dan surat berharga negara mencapai US$ 321,4 miliar atau setara Rp 5.239 triliun (kurs Rp 16.300/US$). Angka fantastis ini memicu spekulasi: apakah sang maestro investasi telah menyerah pada pasar saham?

Related Post
Dalam surat tahunannya kepada pemegang saham, Buffett menegaskan bahwa Berkshire Hathaway tetap lebih menyukai kepemilikan bisnis daripada sekadar menimbun uang tunai. Meskipun kepemilikan saham perusahaan mengalami penurunan tahun lalu, nilai bisnis operasional Berkshire justru meningkat. Berbagai anak perusahaan di sektor kereta api, utilitas, dan asuransi tetap menjadi tulang punggung bisnisnya.

"Meskipun beberapa komentator melihat posisi kas Berkshire yang luar biasa, sebagian besar dana perusahaan tetap berada di ekuitas," tulis Buffett. "Preferensi itu tidak akan berubah."
Buffett memastikan bahwa strategi investasi Berkshire Hathaway tidak berubah. Perusahaan tetap fokus pada investasi ekuitas, terutama saham-saham perusahaan Amerika, meskipun banyak di antaranya memiliki bisnis di pasar internasional. "Berkshire tidak akan pernah memilih kepemilikan aset yang setara dengan uang tunai dibandingkan kepemilikan bisnis yang baik," tegasnya.
Meskipun pasar saham mencapai rekor tertinggi, Buffett dan timnya tetap mencari peluang investasi strategis. Sebagai pengecualian dari fokus utama pada AS, Buffett mencatat peningkatan investasi di Jepang. Kepemilikan Berkshire di lima perusahaan dagang Jepang—Itochu, Marubeni, Mitsubishi, Mitsui, dan Sumitomo—telah meningkat, mencapai nilai pasar US$ 23,5 miliar pada akhir 2024.
Buffett juga kembali menegaskan kebijakan Berkshire yang tidak membagikan dividen, kecuali satu kali pada tahun 1967. Strategi reinvestasi selama bertahun-tahun terbukti berhasil, terbukti dari nilai pasar Berkshire yang melampaui US$ 1 triliun tahun lalu. Dengan kekayaan yang luar biasa ini, pertanyaan tentang strategi investasi Buffett ke depan tetap menjadi sorotan utama di dunia finansial.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar