Haluannews Ekonomi – Dunia energi tengah dihebohkan kabar rencana akuisisi raksasa. Shell dikabarkan tengah melakukan pembicaraan awal untuk mengakuisisi kompetitornya, BP. Jika terealisasi, kesepakatan ini akan menjadi transaksi terbesar di sektor minyak dalam satu generasi, mengutip Wall Street Journal, Kamis (26/6). Pembicaraan antara perwakilan kedua perusahaan tengah berlangsung, dengan BP yang dilaporkan tengah mempertimbangkan tawaran tersebut dengan cermat.

Related Post
Akuisisi BP akan menempatkan Shell pada posisi yang lebih kuat untuk bersaing dengan pemain besar lainnya seperti Exxon Mobil dan Chevron. Meskipun detail transaksi dan kepastiannya masih belum terungkap, para bankir dari kedua perusahaan telah terlibat dalam diskusi. Menariknya, Shell sendiri membantah adanya pembicaraan tersebut, sementara juru bicara BP menolak berkomentar.

Pasar merespon positif rumor ini, tercermin dari pergerakan harga saham BP yang menguat. Dengan valuasi BP sekitar US$ 80 miliar, dan memperhitungkan potensi premium, kesepakatan ini berpotensi melampaui merger Exxon Mobil senilai US$ 83 miliar pada pergantian abad lalu, menjadikannya transaksi M&A terbesar tahun ini. Apalagi di tengah gejolak pasar akibat perang dagang dan ketegangan geopolitik.
Shell dinilai memiliki posisi yang kuat untuk melakukan akuisisi ini, mengingat kinerja sahamnya yang jauh melampaui BP dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun sama-sama perusahaan Inggris dengan operasi global dan nilai pasar lebih dari US$ 200 miliar, BP dinilai kurang gesit dalam transisi energi dan menghadapi sejumlah masalah internal, termasuk pergolakan manajemen dan bencana operasional.
Investor aktivis Elliott Investment Management, pemegang saham BP lebih dari 5%, telah mendorong perubahan di BP sejak Februari lalu, meningkatkan kemungkinan tawaran akuisisi. BP sendiri telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi kekhawatiran investor, termasuk rencana peningkatan produksi minyak dan gas serta pengurangan investasi di energi terbarukan. Mereka juga tengah berupaya menjual bisnis pelumas dan sebagian unit tenaga surya. Kabar mundurnya Helge Lund, arsitek kunci strategi rendah karbon BP, semakin memperkuat spekulasi ini.
Sebaliknya, Shell fokus pada operasi yang paling menguntungkan, memprioritaskan produksi minyak dan gas serta menunda target energi ramah lingkungan. CEO Shell, Wael Sawan, menyatakan standar perusahaan untuk transaksi besar sangat tinggi. Shell juga baru-baru ini mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai miliaran dolar.
Akuisisi BP akan menjadi tantangan besar bagi Shell, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk integrasi dan menghadapi potensi bentrokan budaya serta penjualan aset yang tumpang tindih. Namun, kesepakatan ini dapat memperluas jangkauan bisnis Shell dan memperkuat dominasinya di sektor gas alam cair.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar