Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan hari ini mencatatkan kenaikan signifikan, melejit 51,07 poin atau 0,77% ke level 6.664,56. Kenaikan ini diiringi dengan aktivitas perdagangan yang terbilang cukup ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,97 triliun yang melibatkan 10,04 miliar saham dalam 596.964 kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun ikut terdongkrak menjadi 11.576,09 triliun.

Related Post
Haluannews.id mencatat, mayoritas saham bergerak di zona hijau. Sektor konsumer primer memimpin penguatan dengan kenaikan 2,41%, disusul sektor finansial (1,14%) dan properti (0,94%). Saham-saham perbankan menjadi penggerak utama IHSG hari ini. BBCA misalnya, naik 1,77% dan berkontribusi 10,24 poin indeks. BBRI dan BMRI juga memberikan kontribusi positif, masing-masing sebesar 4,59 poin dan 4,41 poin. UNVR, yang mengumumkan rencana pembagian dividen 100% dari laba tahun buku 2024, turut menyumbang 3,51 poin terhadap kenaikan IHSG, bahkan sahamnya sendiri telah melesat 17,39% sejak pagi.

Meskipun demikian, IHSG masih berada di level resistance, meningkatkan potensi aksi profit taking. Kondisi ini diperparah dengan tantangan yang dihadapi rupiah akibat repatriasi dividen bank-bank besar. Secara teknikal, IHSG di level 6.600 sedang menguji garis resistance horizontal yang ditarik dari titik tertinggi pada 14 Maret 2025. Penutupan pasar kemarin yang berwarna merah mengindikasikan potensi profit taking mengingat penguatan IHSG beberapa hari terakhir. Support terdekat berada di level 6.300, yang menjadi titik krusial. Untuk keluar dari tren penurunan, IHSG setidaknya harus membentuk pola "higher low".
Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap menjadi perhatian. Meskipun indeks dolar AS (DXY) telah melemah lebih dari 8% sejak awal tahun, rupiah justru terus terdepresiasi dan mendekati level Rp 17.000/US$, mencapai titik terendah sepanjang masa, bahkan melewati level terburuk saat krisis 1998 dan 2008.
Sentimen positif datang dari UBS Group, perusahaan investasi global asal Swiss, yang menaikkan rekomendasi saham Indonesia menjadi "overweight". Kenaikan rating ini didorong oleh kondisi domestik yang dinilai defensif, valuasi saham yang mendekati level terendah saat pandemi Covid-19, dan potensi dukungan dari dana besar milik pemerintah. Kenaikan ini menjadi angin segar setelah sebelumnya Goldman Sachs dan MSCI menurunkan peringkat pasar saham Indonesia.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar