Haluannews Ekonomi – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan keprihatinannya terhadap situasi global yang semakin memanas. Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi pers Jumat (13/12/2024), mengungkapkan peningkatan tensi geopolitik di berbagai wilayah, mulai dari Asia, Eropa, Timur Tengah, hingga Ukraina, sebagai faktor utama yang meningkatkan risiko. Perang Rusia-Ukraina yang belum usai dan meluasnya konflik di Gaza semakin memperparah situasi, memicu kekhawatiran akan lonjakan harga komoditas, terutama minyak bumi.
Related Post
Kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan Amerika Serikat juga menjadi sorotan. Potensi perang dagang baru, bahkan ancaman terhadap kelompok BRICS yang dilontarkan Trump, menambah ketidakpastian di pasar global. Meskipun pertumbuhan ekonomi global masih berlanjut, Mahendra memperingatkan dampak negatif dari ketidakpastian ini terhadap pasar keuangan.
Salah satu risikonya adalah penurunan inflasi AS yang lebih lambat dari perkiraan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan Trump yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi AS. Inflasi yang turun perlahan menuju target 2% (dari 2,7% saat ini) membuat The Federal Reserve (bank sentral AS) semakin sulit untuk menurunkan suku bunga kebijakannya (Fed Fund Rate).
Situasi ini berdampak pada sikap hati-hati bank sentral global dalam melonggarkan kebijakan moneter. Kenaikan suku bunga acuan global berakibat pada penarikan dana investor dari pasar negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia, dan berpotensi melemahkan pasar keuangan di negara-negara tersebut. OJK pun terus memantau perkembangan situasi ini dan bersiap menghadapi potensi dampaknya terhadap perekonomian nasional.
Tinggalkan komentar