AirAsia Merugi Dalam, Modal Terbang? Rugi Rp 985 M!

AirAsia Merugi Dalam, Modal Terbang? Rugi Rp 985 M!

Haluannews Ekonomi – PT AirAsia Indonesia Tbk (AHII) mencatatkan kerugian yang semakin dalam pada kuartal III-2025. Rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 985,4 miliar, melonjak 64,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 598,5 miliar.

COLLABMEDIANET

Meskipun pendapatan usaha maskapai berbiaya rendah ini naik menjadi Rp 6,02 triliun dari Rp 5,90 triliun pada kuartal III-2024, beban usaha juga ikut terkerek naik menjadi Rp 6,49 triliun dari Rp 6,27 triliun. Hal ini terutama disebabkan oleh rugi selisih kurs dari kegiatan operasional yang mencapai Rp 182,5 miliar, berbanding terbalik dengan laba Rp 72,3 miliar pada periode sebelumnya.

AirAsia Merugi Dalam, Modal Terbang? Rugi Rp 985 M!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Akibatnya, rugi usaha AirAsia pada kuartal III-2025 naik menjadi Rp 466,6 miliar dari Rp 366,6 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu. Selain itu, rugi selisih kurs dari aktivitas pendanaan juga menjadi beban signifikan, mencapai Rp 178,8 miliar, dibandingkan dengan untung Rp 83,4 miliar sebelumnya.

Total aset AirAsia hingga kuartal III-2025 menyusut menjadi Rp 5,6 triliun dari Rp 5,7 triliun pada akhir tahun 2024. Defisiensi modal yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga membengkak menjadi Rp 10,4 triliun dari Rp 9,4 triliun pada kuartal III-2024. Artinya, AirAsia membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 10 triliun untuk menyehatkan neraca keuangannya.

Manajemen AirAsia mengakui bahwa volatilitas harga minyak dan kurs mata uang merupakan tantangan utama dalam industri penerbangan. Namun, perusahaan berupaya menyeimbangkan volatilitas tersebut dengan efisiensi operasional.

"Sampai dengan saat ini Perseroan senantiasa berupaya untuk menyeimbangkan volatilitas tersebut dengan efisiensi operasional Perseroan," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi.

Meskipun menghadapi tantangan, manajemen AirAsia tetap optimis terhadap peluang bisnis di Indonesia. Mereka melihat bahwa penurunan jumlah pesawat yang beroperasi setelah pandemi sebagai peluang untuk berkontribusi dalam mengatasi kekurangan tersebut.

"Permintaan pasar akan terus ada, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan dengan populasi yang besar sehingga memiliki potensi pasar yang sangat besar dan melihat ketersediaan pesawat yang saat ini lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi," lanjut manajemen.

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar