AHY Perdana di BEI: Janji Investasi Infrastruktur!

Haluannews Ekonomi – Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), untuk pertama kalinya mengunjungi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (28/11/2024). Kunjungan ini tak sekadar silaturahmi. AHY secara gamblang membuka peluang kerja sama investasi untuk membiayai proyek infrastruktur nasional. Ia mengajak pelaku pasar modal berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur Indonesia.

12 Kandidat Bersaing Ketat! Siapa Nakhoda Baru LPS?

Era Orba: Kisah ‘Gang of Four’, Penguasa Ekonomi Indonesia!

Kehadiran AHY di BEI dalam rangka menjadi pembicara di acara Economic & Capital Market Outlook 2025 CSA Awards 2024. Acara tersebut dihadiri oleh petinggi BEI, KPEI, KSEI, Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), dan CSA Community.

AHY Perdana di BEI: Janji Investasi Infrastruktur! — Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

"Benar, ada potensi kerja sama, makanya saya di sini. Untuk membahas lebih lanjut dengan para pelaku pasar modal," ujar AHY kepada wartawan seusai acara.

AHY menekankan pentingnya infrastruktur sebagai pilar pembangunan berkelanjutan. Ia optimistis pembangunan infrastruktur akan mendorong target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Lebih lanjut, AHY menyatakan komitmen pemerintah untuk membangun infrastruktur hijau guna mencapai target emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060, sesuai komitmen internasional seperti Perjanjian Paris. Pemerintah akan terus menerbitkan kebijakan dan regulasi yang lebih ketat untuk mendukung hal tersebut.

Sementara itu, Ketua AAEI, David Sutyanto, memaparkan sejumlah tantangan korporasi di tahun depan, terutama terkait target emisi nol bersih. Penerapan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), efisiensi energi, dan praktik bisnis ramah lingkungan menjadi kunci. Namun, David mengakui adanya risiko global yang perlu diwaspadai, seperti tensi geopolitik (konflik Timur Tengah, perang Ukraina, hubungan AS-Cina), dan dinamika moneter global (pelonggaran moneter, disinflasi, suku bunga global, tekanan fiskal).

David memprediksi ekonomi 2025 akan cenderung stagnan dengan potensi gejolak, termasuk tekanan inflasi dan fiskal di AS, krisis properti di Cina, dan lemahnya permintaan domestik di Eropa.