Haluannews Ekonomi – Jakarta – Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memangkas suku bunga acuannya diperkirakan bakal menjadi angin segar bagi dinamika pasar keuangan Indonesia. Langkah ini diproyeksikan mampu memicu peningkatan signifikan arus modal asing (inflow) ke Tanah Air.

Related Post
Di tengah optimisme yang menyelimuti pasar akibat keputusan The Fed, Chief Investment Officer BNI Asset Management, Farash Farich, menyoroti sektor perbankan, khususnya bank-bank berkapitalisasi besar (big caps), sebagai primadona investasi. Menurut Farash, sektor ini memiliki prospek cerah hingga tahun 2026, didukung oleh potensi pertumbuhan bisnis, peningkatan laba (earning), serta likuiditas yang kian solid.

Tak hanya perbankan, sektor konsumer beserta turunannya, seperti telekomunikasi dan otomotif, juga diprediksi akan menunjukkan performa yang membaik. Peningkatan kinerja ini sejalan dengan proyeksi pemulihan dan penguatan daya beli masyarakat secara bertahap.
Kendati demikian, bagi Bank Indonesia (BI), meskipun penurunan suku bunga The Fed membuka ruang bagi potensi pemangkasan BI Rate, kehati-hatian tetap diperlukan. Posisi nilai tukar Rupiah masih menjadi faktor krusial yang harus dipertimbangkan, sehingga BI tidak perlu buru-buru mengikuti langkah The Fed. Terlebih, pergerakan Rupiah masih sangat dipengaruhi oleh volatilitas indeks Dolar AS yang fluktuatif.
Analisis mendalam mengenai proyeksi pergerakan pasar keuangan Indonesia pasca-pemangkasan suku bunga The Fed ini dibahas tuntas dalam dialog eksklusif Safrina Nasution bersama Chief Investment Officer BNI Asset Management, Farash Farich, di program Squawk Box Haluannews.id pada Kamis (11/12/2025).
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar