Haluannews Ekonomi – Sosok Sri Sultan Hamengkubuwana IX, penguasa Yogyakarta yang berkuasa sejak 1940, dikenal bukan hanya karena kekayaannya, tetapi juga kesederhanaan dan kedermawanannya. Meskipun memiliki harta berlimpah yang berasal dari warisan dan sistem feodalisme kerajaan, Sultan memilih untuk hidup sederhana dan dekat dengan rakyat kecil.

Related Post
Tidak ada angka pasti yang bisa menyebutkan total kekayaan Sultan HB IX. Namun, sejarah mencatat bahwa Sultan HB IX adalah sosok yang dermawan. Di awal kemerdekaan Indonesia, Sultan menyumbangkan 6,5 juta gulden ke pemerintah dan 5 juta gulden untuk rakyat yang menderita. Jika dikonversikan ke nilai sekarang, jumlah tersebut setara dengan Rp 20-30 miliar.

Kisah kesederhanaan Sultan HB IX terekam dalam berbagai cerita. Salah satunya, Sultan pernah membeli es gerobakan di pinggir jalan depan Stasiun Klender, Jakarta, pada tahun 1946. Saat itu, cuaca sangat panas dan Sultan ingin minum yang segar. Alih-alih pergi ke restoran mewah, Sultan lebih memilih untuk menikmati es pinggir jalan.
Selain itu, Sultan juga pernah menjadi sopir truk pengangkut beras. Suatu ketika, Sultan mengendarai truk Land Rover miliknya dari desa ke kota. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang perempuan penjual beras yang ingin ikut ke pasar. Perempuan itu bahkan meminta Sultan membantunya mengangkut beras ke dalam truk.
Tanpa mengetahui bahwa orang yang ditumpanginya adalah Raja Jawa, perempuan itu meminta Sultan untuk mengangkat dua karung besar beras ke truk. Sultan pun dengan senang hati membantu. Selama perjalanan, mereka mengobrol akrab tanpa menyadari identitas masing-masing.
Sesampainya di pasar, Sultan membantu menurunkan karung beras tersebut. Penjual beras itu kemudian memberikan upah kepada Sultan, tetapi Sultan menolaknya dengan sopan. Penjual beras itu justru marah dan mengira Sultan menolak karena upahnya terlalu sedikit.
Sultan kemudian pergi meninggalkan penjual beras yang masih menggerutu. Tak lama kemudian, seseorang memberitahu penjual beras itu bahwa sopir truk yang baru saja dimarahinya adalah Sultan Hamengkubuwana IX. Mendengar hal itu, penjual beras tersebut kaget dan pingsan hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Mendengar kabar tersebut, Sultan HB IX segera menjenguk penjual beras itu di rumah sakit. Tindakan Sultan ini menunjukkan betapa dekatnya ia dengan rakyat kecil dan betapa ia tidak memandang perbedaan status sosial.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar