Haluannews Ekonomi – Nilai tukar rupiah unjuk gigi dengan perkasa menutup perdagangan hari ini, Selasa (25/11/2025), terhadap mata uang Paman Sam. Data Refinitiv mencatat, mata uang Garuda melesat 0,21% ke level Rp16.655 per dolar AS. Ini merupakan level penutupan terkuat dalam dua pekan terakhir, tepatnya sejak 10 November 2025. Sepanjang sesi perdagangan, rupiah bergerak dinamis dalam rentang Rp16.650 hingga Rp16.677 per dolar AS.

Related Post
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB menunjukkan pelemahan tipis 0,02% ke level 100,124.

Penguatan rupiah kali ini dipicu oleh sentimen negatif terhadap dolar AS di pasar global. Hal ini dipicu oleh pernyataan bernada dovish dari sejumlah petinggi Bank Sentral AS (The Fed) yang memperkuat harapan pasar akan pemangkasan suku bunga acuan pada pertemuan FOMC Desember mendatang.
Gubernur The Fed, Christopher Waller, memberikan sinyal dukungan terhadap pemangkasan suku bunga di bulan Desember, menyoroti meningkatnya risiko di pasar tenaga kerja. Nada dovish ini senada dengan pernyataan Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, dan Presiden Fed New York, John Williams, yang keduanya menilai ruang untuk penyesuaian kebijakan moneter semakin terbuka lebar.
Waller juga menekankan bahwa arah kebijakan tahun depan akan sangat bergantung pada serangkaian data ekonomi yang tertunda akibat penutupan pemerintahan AS sebelumnya. Kondisi ini membuat pasar berspekulasi bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter dapat menjadi semakin besar.
Kombinasi komentar-komentar tersebut mendorong pelaku pasar untuk meningkatkan proyeksi penurunan suku bunga The Fed. Berdasarkan data CME FedWatch, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember melonjak menjadi 81%, jauh lebih tinggi dibandingkan 42,4% pada pekan sebelumnya.
Dengan ekspektasi pasar yang semakin dovish, dolar AS cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang utama, memberikan angin segar bagi rupiah untuk melanjutkan penguatannya.
Ke depan, para pelaku pasar akan terus memantau rilis data ekonomi AS pekan ini, termasuk data penjualan ritel, indeks harga produsen (PPI), pesanan barang tahan lama (durable goods orders), hingga klaim tunjangan pengangguran mingguan. Data-data ini berpotensi memberikan petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan The Fed dan pergerakan dolar AS.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar