Haluannews Ekonomi – Mata uang Garuda menunjukkan performa impresif pada perdagangan penutup pekan ini, Jumat (19/12/2025), berhasil menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Refinitiv yang dipantau Haluannews.id, pada pembukaan sesi pagi, tepatnya pukul 09.00 WIB, nilai tukar rupiah tercatat di level Rp16.700 per dolar AS, mengukir apresiasi sebesar 0,06%. Ini menjadi angin segar setelah sehari sebelumnya, Kamis (18/12/2025), rupiah sempat tertekan dan menembus ambang psikologis Rp16.710 per dolar AS.

Related Post
Di saat yang sama, Indeks Dolar AS (DXY), yang merefleksikan kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama dunia, terpantau relatif stabil di angka 98,460, dengan penguatan tipis 0,03%. Pergerakan rupiah di hari terakhir perdagangan pekan ini diperkirakan masih akan sangat dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama dinamika pergerakan dolar AS di pasar global.

Dolar AS sempat menunjukkan kekuatannya pada perdagangan kemarin, didukung oleh data klaim pengangguran mingguan AS yang turun 13.000 menjadi 224.000, sejalan dengan ekspektasi pasar di kisaran 225.000. Data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja AS yang masih solid, memberikan bantalan bagi dolar agar tidak tertekan lebih dalam. Namun, tekanan terhadap dolar AS tetap kuat menyusul rilis serangkaian data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan. Inflasi AS untuk bulan November hanya naik 2,7% secara tahunan, jauh di bawah ekspektasi 3,1%. Inflasi inti juga melambat menjadi 2,6% YoY, di bawah proyeksi 3,0%, menandai laju kenaikan terendah dalam sekitar 4,5 tahun terakhir. Data-data ini memperkuat keyakinan pasar bahwa The Fed memiliki ruang yang lebih besar untuk melanjutkan kebijakan pelonggaran moneternya.
Selain itu, kebijakan The Fed yang mulai kembali meningkatkan likuiditas juga menjadi faktor penekan dolar. Bank sentral AS telah memulai pembelian US Treasury Bills senilai US$40 miliar per bulan sejak pekan lalu, sebuah langkah yang diinterpretasikan pasar sebagai upaya menjaga kelonggaran likuiditas dalam sistem keuangan. Kondisi ini menyebabkan pergerakan dolar AS cenderung fluktuatif, sekaligus menjadi penentu arah rupiah di penghujung pekan.
Dari kawasan Asia, sentimen pasar domestik juga turut terpengaruh. Mega Capital Sekuritas mencatat adanya aksi jual di pasar Surat Utang Negara (SUN) menjelang kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ) sebesar 25 basis poin menjadi 0,75%. Tekanan terbesar terlihat pada tenor pendek dan menengah. Menariknya, berbeda dengan mata uang Asia lainnya yang cenderung menguat menjelang momentum tersebut, rupiah justru melemah pada perdagangan kemarin.
Menurut analisis Mega Capital, situasi ini mengindikasikan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap risiko fiskal domestik. Khususnya, potensi pelebaran defisit fiskal tahun anggaran 2025 yang diperkirakan mendekati -3% terhadap PDB, sebagaimana tertuang dalam Macro & Fixed Income Daily Morning Notes, Jumat (19/12/2025). Faktor ini dinilai menjadi penghambat utama bagi ruang penguatan rupiah, meskipun tekanan dari dolar AS mulai mereda.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar