Rezeki Nomplok! Tukang Becak Ini Kantongi Rp 117 Miliar Semalam

Rezeki Nomplok! Tukang Becak Ini Kantongi Rp 117 Miliar Semalam

Haluannews Ekonomi – Kisah inspiratif datang dari Sayat (72), seorang marbot masjid sekaligus tukang becak asal Magelang, yang mendadak menjadi miliarder di era 1990-an. Keberuntungan berpihak padanya setelah membeli kupon undian Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB), program undian yang populer di masa pemerintahan Presiden Soeharto.

COLLABMEDIANET

Pada tanggal 9 Mei 1990, pengumuman pemenang SDSB melalui radio pemerintah mengubah hidup Sayat seketika. Nomor kupon yang dibelinya sesuai dengan nomor yang diumumkan. "Delapan, empat, sembilan, tiga, tujuh…. dan terakhir sembilan!," ujar penyiar radio, seperti dikutip dari harian Waspada edisi 17 Mei 1990.

 Rezeki Nomplok! Tukang Becak Ini Kantongi Rp 117 Miliar Semalam
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Kemenangan ini mengantarkan Sayat meraih hadiah sebesar Rp 1 miliar dari pemerintah. Surat kabar Pelita (22 Mei 1990) melaporkan bahwa Sayat menjadi salah satu dari enam pemenang undian SDSB periode ke-14. "Saya menang karena rahmat Tuhan Yang Maha Esa," ungkap Sayat kepada wartawan Pelita.

Nilai Rp 1 miliar di era 1990-an sangatlah fantastis. Sebagai gambaran, harga rumah mewah di kawasan Pondok Indah, Jakarta, saat itu berkisar Rp 80 juta per unit. Artinya, Sayat bisa membeli 12 unit rumah mewah dengan uang tersebut. Jika dikonversikan dengan harga emas saat ini (dengan asumsi harga emas Rp2.350.000 per gram), uang Rp 1 miliar setara dengan Rp 117,5 miliar.

Surat kabar Angkatan Bersenjata (22 Mei 1990) mengabarkan bahwa Sayat dan istrinya langsung bertolak ke Jakarta untuk mengambil hadiah. Saking terkejutnya, Sayat bahkan sempat pingsan karena tak pernah membayangkan akan menjadi miliarder.

Kepada media, Sayat berencana menggunakan uang tersebut untuk membeli rumah, menyumbang Rp 5 juta kepada pedagang asongan, merenovasi masjid tempatnya mengabdi, dan menyimpan sisanya untuk masa depan anak cucunya.

Sebelum menjadi miliarder, kehidupan Sayat sehari-hari diisi dengan mengurus masjid dan mengayuh becak. Sebagai mantan tentara dengan pangkat Sersan Satu, Sayat telah berjuang keras untuk mengubah nasibnya. SDSB menjadi salah satu cara yang ditempuhnya untuk keluar dari kemiskinan.

SDSB, yang beroperasi sejak 1 Januari 1989, memungkinkan masyarakat membeli kupon undian dengan harga mulai dari Rp 1.000. Dana yang terkumpul digunakan untuk pembangunan, sementara hadiah miliaran rupiah diberikan kepada pemenang undian.

Kisah Sayat menjadi fenomena unik di era Presiden Soeharto, di mana SDSB menjadi bentuk perjudian yang dilegalkan oleh pemerintah melalui Kementerian Sosial. Saat ini, segala bentuk perjudian dilarang oleh pemerintah.

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar