Paradoks VinFast: Rekor Pengiriman, Rugi Rp183 T, Bagaimana Strategi Lolos dari Boncos?

Paradoks VinFast: Rekor Pengiriman, Rugi Rp183 T, Bagaimana Strategi Lolos dari Boncos?

Haluannews Ekonomi – Produsen kendaraan listrik (EV) asal Vietnam, VinFast, menghadapi paradoks finansial yang mencengangkan. Meskipun berhasil mencetak rekor dalam pengiriman unit kendaraan, perusahaan ini justru terjerembab dalam defisit masif. Sejak meluncurkan mobil listrik pertamanya pada tahun 2021, VinFast telah membukukan kerugian sekitar US$11 miliar, atau setara dengan Rp183,56 triliun, demikian catatan The Economist yang dilansir oleh Haluannews.id.

COLLABMEDIANET

Kerugian ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan cerminan dari struktur biaya yang belum efisien. VinFast dilaporkan merugi untuk setiap kendaraan yang mereka jual. Hingga saat ini, perusahaan telah mengirimkan lebih dari 120.000 mobil listrik dan 230.000 kendaraan roda dua listrik, menghasilkan pendapatan sekitar US$2 miliar. Namun, biaya produksi untuk unit-unit tersebut mencapai hampir US$3 miliar, menciptakan jurang kerugian yang signifikan bahkan sebelum memperhitungkan biaya penelitian dan pengembangan (R&D) serta operasional lainnya.

Paradoks VinFast: Rekor Pengiriman, Rugi Rp183 T, Bagaimana Strategi Lolos dari Boncos?
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Pendanaan VinFast sebagian besar berasal dari Vingroup, konglomerasi raksasa milik miliarder Pham Nhat Vuong, yang juga merupakan orang terkaya di Vietnam. Bisnis Vingroup sangat beragam, mulai dari pusat perbelanjaan hingga pembangkit listrik tenaga surya. Vuong sendiri telah mengalokasikan US$2 miliar dari kekayaan pribadinya untuk menopang VinFast dan menjanjikan injeksi modal miliaran dolar lagi di masa mendatang.

Meskipun VinFast mendominasi pasar domestik dengan sekitar 90% penjualan kendaraan di Vietnam, profitabilitas tetap menjadi tantangan besar. Sebuah pabrik baru di Vietnam Tengah dengan kapasitas produksi 200.000 kendaraan per tahun telah dibuka pada bulan Juni, menunjukkan komitmen terhadap peningkatan kapasitas. Namun, dengan keuntungan yang masih sulit diraih, VinFast kini menggantungkan harapan pada ekspansi internasional sebagai jalan keluar dari keterpurukan finansial.

Upaya ekspansi global VinFast bukan tanpa hambatan. Perusahaan ini pernah gagal dalam penetrasi pasar Amerika Serikat pada tahun 2022, hanya mampu menjual beberapa ribu unit dan menunda rencana ekspansi hingga tahun 2028. Kini, VinFast mengalihkan fokusnya ke pasar yang lebih dekat dengan negara asalnya, termasuk India, Indonesia, dan Filipina. Target ambisius ditetapkan untuk memiliki seperenam kapasitas produksinya di luar Vietnam.

Di India, VinFast telah membangun jaringan distribusi yang mencakup sekitar dua lusin dealer. Infrastruktur ini didukung oleh sebuah pabrik di Tamil Nadu yang mampu memproduksi 50.000 mobil per tahun, dengan rencana perluasan untuk memproduksi skuter dan bus listrik. VinFast berharap konsumen India yang sangat sensitif terhadap harga akan lebih menyukai produk mereka dibandingkan konsumen Amerika. Meskipun pasar mobil listrik di India masih relatif kecil, dengan lebih dari 70.000 unit terjual pada paruh pertama tahun ini, angka tersebut menunjukkan pertumbuhan signifikan.

Namun, lanskap kompetitif di India sangat ketat. Tiga produsen mobil lokal—Tata Motors, Mahindra, dan MG Motor (usaha patungan antara JSW dan SAIC)—bersama dengan Hyundai dari Korea Selatan, secara kolektif menguasai lebih dari 90% pangsa pasar mobil listrik. Sisanya diperebutkan oleh pemain global besar seperti Tesla, BMW, dan BYD. Pada bulan November, VinFast hanya menjual 291 mobil listrik di India, melampaui Tesla tetapi masih jauh di bawah BYD. Segmen kendaraan roda dua listrik mungkin menawarkan prospek yang lebih baik, meskipun pertumbuhannya lebih lambat dan persaingan harga tetap menjadi tantangan serius bagi profitabilitas VinFast.

Satu-satunya keunggulan signifikan VinFast adalah dukungan finansial tak terbatas dari Pham Nhat Vuong. Kekayaan Vuong telah melonjak menjadi lebih dari US$25 miliar, naik drastis dari US$4 miliar pada tahun sebelumnya, didorong oleh kenaikan valuasi saham Vingroup sebesar 600% tahun ini. Antusiasme investor ritel Vietnam terhadap berbagai usaha baru Vingroup, seperti pembangunan jalur metro senilai $4 miliar, divisi pembuatan film (V-Film), dan baja (VinMetal), menjadi katalisator utama.

Dengan rencana masa depan yang mencakup pembangunan taksi robot, VinFast terus menunjukkan ambisi yang besar. Namun, tantangan utama tetap pada bagaimana mengubah investasi masif dan dominasi pasar domestik menjadi keuntungan yang berkelanjutan, terutama melalui ekspansi global yang agresif namun penuh risiko.

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar