Haluannews Ekonomi – Perdagangan sesi I hari ini (28/10/2025) diwarnai volatilitas tinggi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sempat tertekan hingga hampir 1% di awal sesi, IHSG mencoba bangkit namun akhirnya harus mengakui keunggulan tekanan jual dan ditutup melemah 0,35% atau 28,35 poin ke level 8.088,8.

Related Post
Meskipun demikian, geliat pasar terlihat dari jumlah saham yang berhasil mencatatkan kenaikan, yaitu sebanyak 369 saham, berbanding 307 saham yang terkoreksi, serta 280 saham yang stagnan. Aktivitas perdagangan cukup ramai dengan nilai transaksi mencapai Rp 11,7 triliun, melibatkan 18,21 miliar saham dalam 1,45 juta kali transaksi.

Menurut data Refinitiv, mayoritas sektor mengalami tekanan. Sektor energi menjadi pemberat utama dengan penurunan terdalam sebesar 2,16%, diikuti oleh sektor bahan baku (-0,98%) dan utilitas (-0,96%). Di sisi lain, sektor kesehatan menjadi bintang dengan kenaikan 1,53%, disusul oleh sektor konsumer non-primer (1,44%).
Tekanan pada IHSG siang ini terutama disebabkan oleh koreksi lanjutan pada saham Dian Swastatika Sentosa (DSSA) milik Grup Sinar Mas, yang merosot 6,81% ke level 82.750. DSSA menjadi kontributor utama penurunan indeks dengan bobot -23,29 poin. Selain DSSA, saham-saham milik Prajogo Pangestu seperti Barito Renewables Energy (BREN) dan Chandra Asri Pacific (TPIA) juga turut membebani indeks dengan penurunan masing-masing sebesar 8,27 dan 4,52 indeks poin.
Perlu diketahui, sentimen negatif terhadap saham-saham Prajogo Pangestu sebelumnya dipicu oleh informasi mengenai potensi perubahan aturan free float oleh MSCI, yang sempat membuat IHSG tertekan pada perdagangan kemarin.
Namun, pergerakan saham-saham Prajogo Pangestu hari ini menunjukkan dinamika yang berbeda. Barito Pacific (BRPT) justru berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 2,12% dan menjadi salah satu penggerak utama indeks dengan kontribusi 4,36 indeks poin.
Pekan ini menjadi periode yang kurang menggembirakan bagi pasar saham Indonesia. IHSG sempat terperosok hingga 3,70% ke level psikologis 7.900 sebelum akhirnya berhasil rebound ke level 8.100.
Analis menilai koreksi ini masih tergolong sehat karena tidak didorong oleh pelemahan data ekonomi domestik, melainkan oleh sentimen global yang masih belum jelas arahnya. Pasar masih menaruh harapan pada potensi rebound, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat dan momentum aksi beli saham setelah penurunan tajam sebelumnya.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar