Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang menggembirakan dengan ditutup di zona hijau pada sesi I perdagangan hari Selasa, 4 November 2025. IHSG berhasil menguat 0,25% dan mencapai level 8.296. Ironisnya, penguatan ini terjadi di tengah kondisi nilai tukar Rupiah yang terus tertekan hingga menembus level Rp16.700 per Dolar AS.
Related Post
Kondisi paradoks ini tentu menimbulkan pertanyaan besar di kalangan pelaku pasar dan investor. Mengapa IHSG mampu bertahan bahkan menguat, sementara Rupiah terus melemah terhadap Dolar AS?
Menurut analis pasar, terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong penguatan IHSG. Sentimen positif dari rilis data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan, serta ekspektasi terhadap kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan menjadi katalis utama. Selain itu, aliran dana asing yang masuk ke pasar saham juga turut memberikan dorongan.
Namun, pelemahan Rupiah tetap menjadi perhatian serius. Faktor-faktor eksternal seperti penguatan Dolar AS secara global akibat kebijakan moneter negara adidaya, serta ketidakpastian geopolitik global turut membebani mata uang Garuda. Selain itu, faktor internal seperti defisit transaksi berjalan juga menjadi contributing factor.
Situasi ini menuntut kewaspadaan dan strategi yang tepat dari para investor. Diversifikasi portofolio dan pemilihan saham-saham yang defensif dapat menjadi pilihan yang bijak di tengah volatilitas pasar yang tinggi. Pemerintah dan Bank Indonesia juga perlu terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan memastikan iklim investasi yang kondusif.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar