Haluannews Ekonomi – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJSTK) menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi dalam infrastruktur kecerdasan buatan (AI) di luar negeri, sebuah langkah yang berpotensi mendiversifikasi portofolio investasi mereka secara signifikan. Namun, realisasi rencana ini sangat bergantung pada restu dari Kementerian Keuangan.

Related Post
Sebagai salah satu investor institusional terbesar di Indonesia, BPJSTK tengah menanti lampu hijau dari regulator untuk melebarkan sayap investasinya ke mancanegara. Direktur Investasi BPJSTK, Edwin Ridwan, mengungkapkan bahwa investasi di sektor AI, terutama infrastrukturnya, sangat menarik sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio dan pengelolaan risiko.

Alasan utama BPJSTK melirik pasar modal global adalah karena belum adanya perusahaan sejenis yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Edwin, satu-satunya cara untuk mendapatkan eksposur ke sektor AI adalah melalui pasar modal di luar Indonesia.
Saat ini, BPJSTK masih dalam tahap pembahasan dengan Kementerian Keuangan mengenai rencana investasi ini. Bentuknya pun masih berupa rancangan Peraturan Pemerintah. Edwin menambahkan bahwa rantai pasok AI akan menjadi diversifikasi yang ideal untuk investasi BPJSTK.
Mengenai lokasi investasi, BPJSTK membuka opsi di Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan. Namun, belum ada kepastian waktu terkait keputusan akhir. BPJSTK mengajukan izin untuk menginvestasikan hingga 5% dari total portofolionya di luar negeri, yang saat ini mencapai Rp 879 triliun.
BPJSTK mengincar perusahaan-perusahaan yang mendukung industri AI, seperti pusat data, penyedia energi, dan perusahaan kabel. Perusahaan inti AI, seperti produsen chip, juga menjadi target potensial, dengan valuasi perusahaan sebagai pertimbangan utama.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar