Haluannews Ekonomi – Saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencuri perhatian di tengah pelemahan kinerja sebagian besar saham perbankan. Sepanjang tahun berjalan (ytd), saham BNLI melesat lebih dari 200%, dari level 970 pada awal tahun menjadi 2.960 pada penutupan perdagangan Rabu (25/6/2025). Kenaikan ini mendorong kapitalisasi pasar BNLI mencapai Rp 106,1 triliun, mendekati kapitalisasi pasar Bank BRI Syariah (BRIS) yang mencapai Rp 116,5 triliun, padahal berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025, Bank Permata masih menempati posisi ke-9 bank dengan aset terbesar di Indonesia.

Related Post
Meskipun volume perdagangan BNLI terbilang kecil, empat broker tercatat sebagai pembeli saham terbesar emiten milik Bangkok Bank ini. Maybank Sekuritas Indonesia memimpin dengan pembelian 446.357 lot senilai Rp 80,4 miliar, dengan rata-rata harga pembelian Rp 1.845. BRI Danareksa dan Verdhana Sekuritas juga tercatat sebagai pembeli signifikan, meskipun dengan volume yang lebih kecil.

Ekky Topan dari Infovesta Kapital Advisori menilai lonjakan saham BNLI didorong oleh fundamental yang membaik, prospek pertumbuhan jangka panjang, dan sentimen pasar yang positif, termasuk spekulasi kenaikan kelas BNLI menjadi bank KBMI IV dan potensi masuknya ke indeks global seperti MSCI. Hal ini sejalan dengan harapan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Oktober 2024 yang mendorong Permata Bank untuk terus berkembang dan meningkatkan permodalan menuju bank KBMI 4. Meskipun ekuitas Permata Bank pada kuartal I-2025 mencapai Rp 43,5 triliun, bank ini masih membutuhkan tambahan Rp 26,5 triliun untuk mencapai status tersebut.
Namun, Ekky mengingatkan investor untuk berhati-hati mengingat kenaikan harga saham BNLI yang sangat agresif dan valuasi yang mendekati bank-bank besar lainnya. Meskipun laba BNLI naik 38% (yoy) pada tahun lalu, kuartal I-2025 mencatat kontraksi laba sebesar 2,27% (yoy).
Analis Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menambahkan bahwa pelepasan 3,47 miliar saham Bangkok Bank untuk memenuhi ketentuan free float lebih dari 7,5% juga berkontribusi pada kenaikan saham BNLI, meningkatkan likuiditas dan menarik minat investor ritel dan institusi. Kepemilikan publik di BNLI meningkat signifikan dari 1,29% pada Juli 2024 menjadi 10,88% pada Mei 2025.
Meskipun prospeknya menjanjikan, investor perlu mencermati kinerja BNLI ke depan sebelum mengambil keputusan investasi.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar