Haluannews Ekonomi – Dengan harga fantastis US$ 3,7 juta (Rp 60,31 miliar), hypercar terbaru Ferrari, F80, bukan sekadar mobil. Hanya 799 unit diproduksi, dan pembelinya pun bukan sembarang orang. Taipan asal Kanada, Luc Poirier, pemilik 42 Ferrari, mengaku "beruntung" bisa mendapatkan satu unit. Hal ini mengungkap rahasia di balik kesuksesan Ferrari: eksklusivitas yang tercipta dari kelangkaan.

Related Post
Uang bukan satu-satunya kunci untuk memiliki Ferrari kelas atas. Hubungan jangka panjang dengan perusahaan menjadi faktor krusial. Strategi ini telah membawa Ferrari ke puncak, dengan kapitalisasi pasar US$ 90 miliar, menjadikannya produsen mobil termahal di Eropa, meskipun hanya menjual 13.752 unit tahun lalu. Bandingkan dengan Volkswagen yang menjual lebih dari 9 juta unit, namun kapitalisasi pasarnya US$ 40 miliar lebih rendah.

Di tengah gejolak industri otomotif Eropa—pasar domestik yang lesu, transisi mahal ke kendaraan listrik, dan persaingan ketat dari Tiongkok—Ferrari justru meroket. CEO Ferrari, Benedetto Vigna, menjelaskan kunci suksesnya: "Kami bukan perusahaan otomotif. Kami adalah perusahaan mewah yang juga membuat mobil."
Strategi ini terinspirasi oleh Hermès, yang membatasi produksi tas Birkin, menciptakan pasar eksklusif dan antrean panjang. Ferrari menerapkan strategi serupa, membatasi produksi dan menciptakan nilai investasi yang tinggi. Hal ini terbukti menguntungkan keluarga Ferrari dan Agnelli, pemegang saham utama sejak IPO 2015. Para kolektor pun turut diuntungkan, dengan nilai Ferrari langka yang terus melonjak. LaFerrari, misalnya, melonjak dari US$ 1,4 juta menjadi US$ 3,8 juta.
Meskipun Ferrari memanfaatkan potensi investasi dan daya tarik emosional, mereka tegas menolak spekulasi. Kasus gugatan terhadap seorang pialang real estat yang menjual Purosangue sebelum masa kontrak berakhir, menjadi bukti komitmen Ferrari menjaga eksklusivitas.
Ferrari tetap mempertahankan filosofi Enzo Ferrari: "Ferrari akan selalu mengirimkan satu mobil lebih sedikit dari permintaan pasar." Model standar pun tetap langka, sementara edisi terbatas dan hypercar seperti F80 semakin eksklusif. Keberhasilan ini berbanding terbalik dengan Porsche yang IPO pada 2022, namun sahamnya turun drastis karena tantangan di Tiongkok dan strategi kendaraan listrik yang kurang berhasil. Merek mobil super lain juga kesulitan meniru kesuksesan Ferrari.
Ferrari membuktikan bahwa dalam industri otomotif, eksklusivitas dan manajemen persediaan yang tepat dapat menciptakan nilai yang jauh melampaui angka penjualan.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar