EcoReview – Provinsi Jambi dibawah kepemimpinan Gubernur Dr. Al Haris, S.Sos, MH dinilai tidak memiliki strategi memperkuat dan mempercepat industrialisasi. Padahal Provinsi Jambi memiliki banyak potensi untuk dihilirkan, salah satunya potensi perkebunan karet, sawit, kelapa dan hasil tambang berupa batubara.
” Ekonomi di Indonesia khususnya di Jambi memiliki sistem yang sangat terbuka. Sehingga dengan ekonomi terbuka, Jambi harus punya daya saing. Nah daya saing itu mensyaratkan industrialisasi, tapi sayang hal ini belum tampak dilakukan Gubernur Jambi secara serius, ungkap pengamat sosial ekonomi Jambi Dr. Noviardi Ferzi.
Berbicara di Jakarta (24/6) kemarin, pengamat kenamaan Jambi ini menilai Gubernur kurang berkomitmen untuk terus memacu program hilirisasi produk karet melalui diversifikasi produk yang memiliki daya saing tinggi. Padahal jika ini berjalan akan mampu mendongkrak harga karet petani.
” Hilirisasi industri seperti karet adalah cerita lama, namun meski cerita lama, pak Gubernur saya nilai kurang berkomitmen untuk memacu program hilirisasi produk karet melalui diversifikasi produk yang memiliki daya saing tinggi, untuk mendongkrak harga karet petani, ” ungkapnya.
Padahal menurutnya jika percepatan Industrialisasi dilakukan akan mampu mendorong sektor industri pengolahan karet agar semakin produktif, baik pada skala menengah besar, menengah, kecil, bahkan mikro melalui optimalisasi pemanfaatan teknologi industri pada produk hilir seperti alas kaki, ban vulkanisir, kompon karet, karet keperluan tambang dan karet rumah tangga serta karet otomotif.
Terkait hal ini Noviardi menegaskan industrialisasi bukan hanya identik dengan pabrik besar dan asap yang menghasilkan polusi. Namun industrialisasi adalah pendalaman struktur aktivitas produksi, meningkatkan nilai produksi sehingga otomatis kesejahteraan masyarakat meningkat.
“Kenapa industrialisasi itu penting, bukan berarti pertanian tidak penting akan tetapi menurut teori ekonomi, jika sektor pertanian tak mampu menghasilkan produktivitas. Maka jalan satu-satunya adalah meningkatkan nilai tambah produktivitas ada pada sektor industrialisasi,” terang pengamat yang dikenal kritis tersebut.
Selanjutnya, ia mengatakan geliat ekonomi setelah adanya industrialisasi di Jambi akan semakin tinggi. Dimana ini akan memicu pelaku UKM/IKM semangat menciptakan produk-produk lokal kemudian yang dimasukkan kedalaman program dalam Jambi mantap. Hanya saja pendalaman konsep industrisasi ini belum terealisasi dalam Program Jambi mantap.
“Kita tidak ingin lagi menggali tanah kemudian menjual mentah ke luar, seperti batubara, tetapi kita akan menjual keluar produk yang sudah diolah di daerah kita sendiri. Sehingga nilai jualnya semakin besar,” jelasnya.
Noviardi juga mengatakan, pemerintah Provinsi Jambi harus sadar bahwa industrialisasi butuh waktu, butuh biaya dan tidak otomatis jadi. Di dalam proses Industrialisasi ada” cost of learning” yang mahal. Disinilah Investasi APBD diperlukan, jangan dana Pemda habis untuk biaya rutin dan seremonial.
“Salah satu investasi yang besar dan dibutuhkan Jambi, untuk menunjang industrialisasi adalah meningkatkan kapasitas SDM kita. Industrialisasi hanya mungkin dilakukan jika ketersediaan SDM yang memadai, jangan program dibidang ini asal ada dan lepas kewajiban, ” ungkapnya.
Selanjutnya ia juga mengatakan industrialisasi merupakan sesuatu yang tak terelakan. Maka modalnya saat ini adalah modal sosial budaya yang harus diperkuat, terutama membangun sinergi antar masyarakat untuk memperkuat jejaring sosial yang lebih kuat. Sehingga kerja sama dalam mendukung industrialisasi untuk meningkatkan nilai produktivitas harus benar-benar terjaga.
“Maka ini yang harus kita siapkan untuk mengahdapi era industri. Modal sosial dan budaya merupakan elemen penting untuk mewujudkan industrialisasi di Jambi.” jelasnya.
Terakhir Noviardi juga meminta kepada Gubernur Jambi untuk membuat peraturan gubernur yang melarang segala bentuk kegiatan ekspor hasil alam dan pertambangan yang memungkinkan bisa di olah di Jambi. Kalau mampu diolah dengan jargon industrialisasi maka nilai produktivitas serta nilai jualnya juga bertambah.
Discussion about this post