Jambi – Pengamat sosial ekonomi Jambi Dr. Noviardi Ferzi kembali bicara soal kebijakan yang dilakukan Gubernur Jambi Dr. Al Haris, S.Sos, MH. Diminta tanggapannya oleh awak media (22/7) kemarin tentang terkait penting atau tidaknya Jambi jadi tuan rumah Rakernas APdesi, APPSI (prov), dan STQ, ditengah defisit anggaran yang dialami Pemprov.
Menurut pengamatan kenamaan ini hal – hal yang bersipat seremonial yang terus dilakukan pemerintahan Al Haris selaku Gubernur, memperlihatkan Pemprov Jambi tak memiliki Visi dan Orientasi yang jelas dan terukur. Akibatnya program yang dilakukan tidak memiliki dampak yang signifikan pada kemajuan daerah.
” Tidak penting bagi kehidupan ekonomi rakyat kegiatan seremonial yang bersifat pertemuan, rapat, jumpa nasional dll. Ditengah jalan provinsi yang rusak, kemiskinan yang dalam, bahan pangan mahal dan daya beli masyarakat yang turun. “
Menurut Noviardi kegiatan nasional secara sektoral mungkin ada dampak khususnya hotel, restoran dan transport pesawat. Tapi sektor lain yang khususnya ekonomi Jambi pada umumnya tak terdongkrak. Malahan APBD Jambi yang terkuras habis, disaat kita defisit anggaran.
” Saya minta Gubernur berkaca, jangan ia menggunakan anggaran sesuka hati, disaat banyak kegiatan produktif lain membutuhkan anggaran. Terus terang, secara output dan out come, jika ibarat kapal 80 persen Jambi mantap telah karam, kita hanya berharap, waktu tersisa kapal ini masih mengapung, meski tak mampu lagi berlayar. Kegagalan karena nahkoda yang tak punya haluan.
Selain itu Noviardi juga menambahkan biar publik tak salah arti tentang Defisit anggaran adalah selisih antara pengeluaran pemerintah dengan penerimaan pemerintah, yang sama dengan jumlah utang baru yang dibutuhkan pemerintah untuk mendanai operasinya.
” Defisit anggaran tentunya diperlukan tambahan dana agar kegiatan yang telah direncanakan tetap dapat dilaksanakan.
Tambahan itu bisa dari memaksimalkan pendapatan, dan menghemat anggaran yg ada termasuk tak mengelar kegiatan seremonial yang berlebihan.” Ungkapnya.
Namun jangankan untuk memaksimalkan anggaran, kini saja Gubernur masih terus berfoya – foya menghabiskan anggaran dengan menyewa Helikopter hanya untuk kegiatan di Bungo kemarin. Jadi kuncinya masalah defisit anggaran membutuhkan sikap sense of defisit dari Gubernur, jangan sudah defisit Gubernur berfoya – foya dan hanya bisa mengundang rapat OPD nya untuk merecofusing anggaran.
” Masalah defisit membutuhkan sense of defisit Gubernur, jika tidak tiap tahun APBD provinsi akan defisit seperti peninggalan yang ia torehkan di Merangin ketika Bupati, selaku pemimpin ia jangan menimbulkan masalah ditiap tahun APBD Provinsi” tandasnya.
Discussion about this post