Haluannews Ekonomi – Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16 Juli 2025, memicu reaksi kontradiktif di pasar keuangan Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merespons positif dengan melonjak 1,15%, menembus level 7.274.

Related Post
Namun, euforia di pasar saham tidak menular ke nilai tukar Rupiah. Mata uang Garuda justru mengalami tekanan dan terperosok ke level Rp16.320 per Dolar AS. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan pelaku pasar dan analis ekonomi.

Susi Setiawati, Equity Analyst Haluannews.id, dalam program Power Lunch menjelaskan bahwa penurunan suku bunga memang lazimnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya tarik investasi di pasar saham. Namun, di sisi lain, penurunan suku bunga juga dapat memicu kekhawatiran terhadap inflasi dan potensi keluarnya modal asing (capital outflow), yang pada akhirnya menekan nilai tukar Rupiah.
Lebih lanjut, Susi menambahkan bahwa faktor eksternal seperti kebijakan moneter negara-negara maju dan sentimen risiko global juga turut mempengaruhi pergerakan Rupiah. Ketidakpastian ekonomi global dan potensi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dapat memperburuk tekanan terhadap Rupiah.
Pergerakan pasar keuangan Indonesia pasca keputusan BI ini menunjukkan kompleksitas dan dinamika yang tinggi. Investor dan pelaku pasar perlu mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik secara seksama untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar