Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tajam pada perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (11/11/2025), setelah sempat dibuka menguat. Indeks terpantau berbalik arah dan ditutup di level 8.363,15, terkoreksi 0,33% atau 28,09 poin.

Related Post
Penurunan ini didorong oleh aksi jual yang masif, dengan 429 saham mengalami penurunan, berbanding 275 saham yang menguat, dan 252 saham stagnan. Total nilai transaksi mencapai Rp 15,35 triliun dengan volume 42,61 miliar saham. Meskipun demikian, kapitalisasi pasar masih bertahan di atas Rp 15.000 triliun, tepatnya Rp 15.235 triliun.

Sektor teknologi dan kesehatan menjadi dua sektor yang berhasil bertahan di zona hijau, masing-masing menguat 1,1% dan 0,59%. Sementara sektor lainnya mayoritas berada di zona merah.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pemberat utama IHSG, dengan penurunan 1,75% ke level 8.425, menyeret indeks sebesar -10,76 poin. Selain BBCA, saham-saham emiten milik Prajogo Pangestu juga turut membebani, seperti PT Barito Renewables Energy (BREN) yang terkontraksi 2,2% ke level 10.000, menyumbang -8,58 indeks poin. Kemudian PT Barito Pacific (BRPT), PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), dan PT Chandra Daya Investasi (CDIA) juga turut menyumbang penurunan.
Di sisi lain, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi incaran investor. Saham milik grup Bakrie ini mencatatkan nilai transaksi tertinggi, yakni Rp 6,6 triliun, dan melonjak 28% ke level 192. Kenaikan ini menjadikan BUMI sebagai Top Movers IHSG dengan kontribusi 10,78 indeks poin. Melonjaknya saham BUMI dipicu oleh rampungnya akuisisi 100% saham perusahaan tambang emas asal Australia, Wolfram Limited (WFL), senilai Rp698,98 miliar.
Sentimen positif dari Amerika Serikat (AS) sempat diharapkan dapat mendorong penguatan pasar keuangan domestik. Potensi berakhirnya shutdown pemerintah AS setelah kompromi pendanaan federal lolos tahap awal di Senat diharapkan dapat memulihkan daya beli dan menggerakkan ekonomi.
Kesepakatan tersebut akan memperpanjang pendanaan hingga 30 Januari, memberikan kelegaan bagi keluarga berpenghasilan rendah dan ratusan ribu pegawai federal. Namun, dampak jangka panjang dari penambahan utang sekitar US$1,8 triliun per tahun tetap menjadi perhatian.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar