Haluannews Ekonomi – Hilirisasi dan industrialisasi sektor pertambangan menjadi fokus utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Langkah ini diyakini sebagai kunci untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2028-2029. Hal ini disampaikan oleh Irwandy Arif, Chairman Indonesian Mining Institute, yang mencatat perkembangan pesat jumlah smelter di Indonesia. Saat ini, tercatat 54 smelter nikel, 5 smelter besi, 4 smelter tembaga, 4 smelter bauksit, 1 smelter timbal, dan 27 smelter timah telah beroperasi.

Related Post
Puluhan smelter tersebut telah berkontribusi signifikan terhadap pendapatan negara. Sebelum hilirisasi, kontribusi sektor minerba hanya mencapai Rp 30 triliun. Angka ini melonjak menjadi Rp 104 triliun setelah beroperasinya smelter-smelter tersebut, terutama didorong oleh sektor nikel. Potensi pendapatan dari sektor minerba diperkirakan mencapai USD 4 triliun tanpa hilirisasi. Namun, dengan hilirisasi, angka tersebut diprediksi akan meningkat berkali-kali lipat.

Kendati demikian, percepatan hilirisasi masih perlu ditingkatkan. Indonesia perlu fokus pada pengolahan produk hilir dan eksplorasi potensi logam tanah jarang. Pemerintah, melalui Danantara, berperan penting dalam hal ini dengan mengalokasikan investasi sebesar USD 45 miliar (sekitar Rp 730 triliun) untuk 18 proyek hilirisasi di berbagai sektor, termasuk minerba.
Prospek dan tantangan hilirisasi minerba masih menjadi sorotan. Wawancara lebih lanjut mengenai hal ini dapat disimak dalam program Closing Bell, Haluannews.id (Jumat, 13/06/2025), yang menghadirkan dialog Maria Katarina dengan Irwandy Arif, Chairman Indonesian Mining Institute dan Komisaris PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM).
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar