Haluannews Ekonomi – Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan PT Bio Farma (Persero) Kamis (8/5/2025) mengungkap masalah serius yang membayangi kinerja perusahaan farmasi pelat merah. Sorotan tajam tertuju pada PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF), yang terjerat masalah keuangan yang cukup mengkhawatirkan.

Related Post
Anggota DPR RI Komisi VI, Imas Aan Ubudiah, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap INAF yang terlilit pinjaman online (pinjol) dan mengungkapkan adanya penunggakan gaji terhadap sekitar 12.000 karyawan KAEF. "Rencana direksi INAF dan KAEF memang bagus di atas kertas, tetapi kami ragu akan kemampuan mereka menyelamatkan perusahaan yang nyaris karam," tegas Imas. Ia menambahkan bahwa jejak digital di media sosial memperkuat keraguan tersebut, khususnya terkait penggunaan pinjol oleh INAF yang melibatkan data karyawan.

Imas juga menyoroti kerugian yang dialami KAEF, yang memiliki 1.054 apotek namun masih merugi dan menunggak gaji ribuan karyawannya. "Warga di daerah pemilihan saya (Garut dan Tasikmalaya) sebenarnya puas dengan pelayanan KAEF, tetapi harga obatnya kurang kompetitif," ujar Imas. Ia mempertanyakan tanggung jawab manajemen KAEF terhadap 12.000 karyawan yang gajinya tertunggak, di tengah sorotan publik yang luas.
Laporan keuangan pun memperlihatkan gambaran yang kurang menggembirakan. KAEF mencatat kerugian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang kuartal III-2024 mencapai Rp 421,8 miliar, meningkat 137,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Sementara itu, INAF membukukan rugi bersih Rp 166,48 miliar hingga September 2024, meskipun mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang langkah-langkah strategis yang akan diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut dan menyelamatkan kinerja BUMN farmasi.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar