Haluannews Ekonomi – Ancaman Presiden AS Donald Trump untuk mengumumkan perang dagang baru membuat pasar keuangan global was-was. Nilai tukar dolar AS pun bergerak volatil, mencerminkan ketidakpastian yang membayangi perekonomian global. Pengumuman Trump pada Minggu malam lalu yang menyatakan hampir semua negara akan menghadapi tarif baru, tanpa detail spesifik, telah membuat investor bersikap wait and see.

Related Post
Pasar mencermati data Survei Pembukaan data Perputaran Tenaga Kerja AS (JOLTS) dan indeks manufaktur ISM untuk mengukur dampak ketidakpastian kebijakan perdagangan AS terhadap ekonomi. Analis dari Bank of America, Claudio Irigoyen, memperkirakan pemerintah AS akan menerapkan tarif timbal balik asimetris dan tarif 25% untuk makanan dan barang-barang lain, termasuk farmasi, dengan kemungkinan pengecualian untuk Kanada dan Meksiko. Namun, Irigoyen juga memperkirakan penundaan sekitar satu bulan dalam penerapan, membuka peluang negosiasi dan kemungkinan hanya sebagian dari langkah-langkah tersebut yang akan benar-benar diterapkan.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama, naik tipis 0,05% menjadi 104,24. Tensi geopolitik antara AS dan China juga menambah kekhawatiran, setelah militer China mengumumkan latihan militer di sekitar Taiwan. Euro melemah 0,05%, meskipun mencatatkan kinerja kuartalan terbaik sejak Oktober-Desember 2022. Yen Jepang menguat tipis, sementara dolar Australia naik setelah bank sentralnya mempertahankan suku bunga.
Pergerakan mata uang ini menunjukkan kompleksitas situasi ekonomi global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kebijakan perdagangan hingga geopolitik. Ketidakpastian yang diciptakan oleh ancaman perang dagang Trump jelas berdampak signifikan terhadap pasar valuta asing, dan perkembangan selanjutnya patut dipantau dengan cermat.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar